Perhatikanlahpara hamba Tuhan yang setia akan terus melanjutkan pelayanan mereka bagiNya di tengah-tengah aral dan bahaya, tanpa menghiraukan sedikit pun musuh-musuh macam apa yang harus mereka hadapi, supaya mereka dapat membuktikkan diri layak di hadapan Guru mereka dan menjadikan Dia sahabat mereka. GiveUp Or Loyal (menyerah Atau Setia)? Ibadah Raya 1, Ibadah Raya 2, Ibadah Raya 3, Ibadah Raya 4, Ibadah Raya 5. Pdt. Dr. Petra Fanggidae, M.Th. 04 Oktober 2020. Pk. 07:00, 09:00, 11:30, 14:00, 16:30 WIB. Pemesanan DVD Khotbah dapat dilakukan via telp di 021 2605 1888 / 021 2937 1333 atau melalui counter sekretariat pada saat Ibadah Raya Hari Setiaatau loyal memiliki arti berpegang teguh pada pendirian, keinginan, cita-cita, kepercayaan, dan sebagainya. Setia dalam pandangan rohani Kristen adalah sikap selalu yakin dan menaruh harap kepada Tuhan maupun percaya terhadap sesama manusia. Sikap setia juga dikaitkan dengan hubungan spesial antara dua orang yang saling mencintai. Vay Tiền Nhanh Ggads. Khotbah Minggu, 14 Februari 2021 Disiapkan oleh Pdt. Alokasih Gulo 1 Oleh kemurahan Allah kami telah menerima pelayanan ini. Karena itu kami tidak tawar hati. 2 Tetapi kami menolak segala perbuatan tersembunyi yang memalukan; kami tidak berlaku licik dan tidak memalsukan firman Allah. Sebaliknya kami menyatakan kebenaran dan dengan demikian kami menyerahkan diri kami untuk dipertimbangkan oleh semua orang di hadapan Allah. 3 Jika Injil yang kami beritakan masih tertutup juga, maka ia tertutup untuk mereka, yang akan binasa, 4 yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah. 5 Sebab bukan diri kami yang kami beritakan, tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan, dan diri kami sebagai hambamu karena kehendak Yesus. 6 Sebab Allah yang telah berfirman "Dari dalam gelap akan terbit terang!", Ia juga yang membuat terang-Nya bercahaya di dalam hati kita, supaya kita beroleh terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus. Apakah semua hal yang baik dan benar diterima dengan hati yang tulus dan terbuka oleh setiap orang? Belum tentu! Apakah semua berita baik diterima dengan sukacita oleh setiap orang? Belum tentu! Apakah semua pekerjaan yang baik dan benar dapat dilakukan oleh setiap orang? Belum tentu? Apakah semua orang dapat melihat secara positif hal/peristiwa yang terjadi di sekitarnya? Belum tentu! Ada banyak contoh nyata tentang hal yang baik dan benar yang belum tentu diterima dan dilakukan oleh setiap orang. Orangtua menyampaikan nasihat kepada anak-anaknya misalnya, untuk kebaikan anak tersebut. Tetapi, tidak semua anak mau mendengarkan dan melakukan nasihat itu; malah ada yang mengolok-olok orangtuanya yang menasihatinya. Demikian juga dengan didikan guru atau dosen yang mengarahkan anak didiknya ke arah yang lebih baik, ada yang mematuhinya, tetapi ada juga yang tidak, bahkan ada yang mempermainkan guru/dosennya. Pemberitaan firman Tuhan oleh para pelayan, ada yang merenungkan dan melakukannya dengan sepenuh hati, tetapi banyak juga yang malah menertawakannya. Atau, hari ini misalnya, valentine’s day, hari kasih sayang, apakah semua orang sungguh-sungguh mengasihi/menyayangi sesamanya? Belum tentu! Fenomena seperti ini juga terjadi kepada Rasul Paulus, ketika dia memberitakan berita Injil kepada orang-orang Korintus. Ada sejumlah pihak di Korintus yang tidak menerima dengan baik pengajaran Paulus, bahkan sejumlah pengacau Yahudi yang justru memprovokasi jemaat untuk melawan Paulus 2 Kor. 1122-23. Ketika Paulus mendatangi kembali Korintus 2 Kor. 21; 1214; 131, dia tidak diterima dengan baik oleh jemaat, malah ada di antara mereka yang menghina dia 2 Kor. 25; 712. Orang-orang Korintus memang terkenal sebagai orang-orang yang rewel dan keras kepala. Mereka sulit diatur, apalagi dengan adanya provokasi atau pengaruh negatif dari beberapa orang Yahudi yang memang sengaja mengacaukan jemaat pada waktu itu. Orang-orang ini mempertanyakan kerasulan Paulus. Ada banyak faktor yang membuat mereka melawan Paulus dan tidak menerima ajarannya tentang Injil Kristus. Faktor utama adalah karena Injil yang diberitakan oleh Paulus telah mengganggu kepentingan dan hasrat duniawi mereka. Itulah sebabnya Paulus menegaskan bahwa pelayanan pemberitaan Injil yang dia lakukan terjadi karena kemurahan Allah saja, bukan karena keinginannya sendiri. Artinya, Paulus tidak memiliki motivasi dan tujuan duniawi dalam pemberitaan Injil seperti yang dituduhkan selama ini. Paulus tidak pernah melakukan pelayanan dengan motivasi dan tujuan duniawi yang hina itu. Paulus yakin penuh bahwa pelayanan yang dilakukannya itu bersumber dari Allah dan ditujukan untuk kemuliaan-Nya. Pelayanan Paulus tersebut sebenarnya dapat mendatangkan sukacita keselamatan bagi mereka yang dengan tulus percaya kepada Kristus dan mau dengan rendah hati menerima serta melaksanakan pengajaran Injil Kristus itu. Tetapi, berita sukacita tersebut sulit diterima oleh orang-orang yang masih rewel, keras kepala, dan malah menjadi provokator di tengah-tengah jemaat. Mereka selalu mencari-cari alasan untuk melawan dan menentang kebaikan. Jadi, tidak semua orang menerima dengan hati yang terbuka hal-hal atau berita yang sebenarnya baik dan benar itu. Walaupun demikian, Paulus tetap setia dalam pelayanan Tuhan. Tantangan dan hinaan yang dia terima tidak melemahkan semangatnya dalam pelayanan Tuhan. Dia tetap setia apa pun yang terjadi. Dia tetap memberitakan Injil walaupun ada orang yang malah mengolok-oloknya. Paulus adalah salah seorang pelayan Tuhan yang setia, teladan bagi kita untuk tetap setia dalam pelayanan Tuhan di tengah-tengah era yang memprihatinkan ini. Kita harus menyadari bahwa tidak semua orang mau menerima dengan baik pemberitaan Injil. Kita harus menyadari bahwa tidak semua orang senang dengan diri kita. Kita tidak pernah mampu menyenangkan hati semua orang, sebab selalu saja ada orang yang tidak berterima dengan hal-hal yang sebenarnya baik. Menurut Paulus, orang-orang yang tidak mau menerima hal-hal yang baik, akan binasa 43. Paulus menegaskan bahwa sekalipun Injil itu pada dasarnya menjadi berita keselamatan, berita sukacita, berita terang dalam kegelapan, dan sumber berkat bagi para pendengarnya, tetapi bisa saja tidak dinikmati karena tidak semua orang mau menerimanya dengan penuh keterbukaan dan kerendahan hati. Salah satu faktor yang membuat manusia tidak menikmati sukacita Injil adalah karena mereka telah terjebak dan terjerat dalam lilitan ilah zaman, yaitu lilitan yang tampaknya sangat menarik, sangat menjanjikan, sangat menyenangkan, tetapi sesungguhnya dapat membutakan mata dan pikiran, bahkan dapat membawa manusia ke dalam kebinasaan. Lilitan zaman inilah juga yang menghalangi pemandangan manusia hingga saat ini sehingga banyak orang yang tidak mampu lagi melihat dengan jelas cahaya kemuliaan Allah. Banyak orang yang setiap hari lebih banyak melihat cahaya malapetaka, cahaya kemunafikan, cahaya kebobrokan, cahaya kerewelan dan kekerasan kepala, cahaya kekacauan, dan mungkin saja cahaya para provokator, seperti di jemaat Korintus tadi. Oleh sebab itu, perlu menjernihkan hari dan pikiran untuk mampu menerima hal-hal yang baik dan benar. Perlu mengembangkan pola pikir positif untuk mampu melihat dengan jernih berbagai hal atau peristiwa yang terjadi di sekitar kita. “Melihatlah dengan jernih!” Apa yang kita lihat dalam diri orang lain, bahkan dalam diri sendiri, tergantung pada kejernihan jendela yang melaluinya kita melihat mereka. Demikian juga dengan “keselamatan” yang dari Tuhan. Banyak orang yang gagal melihat, mengalami, dan merasakan keselamatan itu, karena “jendela hatinya” yang masih belum bersih. Berita Injil Kristus, keselamatan dan sukacita yang sesungguhnya telah dianugerahkan Tuhan kepada kita. Ketika “jendela hati” kita masih “berdebu”, penuh dengan berbagai kotoran duniawi, telah ditutupi oleh berbagai ilah zaman, maka percayalah kita akan kesulitan melihat dengan jernih berita Injil itu, seolah-olah keselamatan yang dari Tuhan tersebut tersembunyi bagi kita. Tentu ada banyak bentuk dan wujud dari ilah zaman ini yang dapat membutakan mata dan pikiran kita, mulai dari keinginan individu dan golongan, kepentingan parsial, kebutuhan “ni’ila hörö ibabaya tanga”, gaya hidup glamor, pola hidup yang sangat modern, kebebasan yang kebablasan, dan berbagai keinginan duniawi lainnya. Ada banyak “new idol” dalam kehidupan kita dewasa ini! Hal inilah semua yang dapat menghalangi kita dalam penerimaan berita Injil Kristus, sehingga sukacita dan keselamatan itu menjadi tersembunyi bagi banyak orang. Ketika “jendela hati” kita sudah bersih, maka kita akan mampu menerima dengan baik berita Injil yang menyelamatkan itu. Ketika “jendela hati” kita sudah jernih, maka kita akan menjadi warga jemaat yang setia di tengah-tengah ketidaksetiaan dunia ini. - selamat berefleksi - Ayat Bacaan Injil Markus pasal 10 ayat 45 Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang. Kerangka Khotbah Dunia mengukur kebesaran dari segi kuasa, harta, martabat dan kedudukan. Memang memiliki kekuasaan itu tidak dosa, mempunyai harta itu baik, memiliki martabat juga hal itu tidak salah dan mendapat kedudukan tidak masalah. Namun, ketika semua itu dijadikan tolak ukur sebuah kebesaran, hal itulah menjadi masalah. Tetapi Yesus mengukur kebesaran dari segi pelayanan. Allah menentukan kebesaran kita berdasarkan banyaknya orang yang kita layani, bukan berdasarkan banyaknya orang yang melayani kita. Bagi Yesus, memiliki hati seorang pelayan jauh lebih penting. Tanpa hati seorang pelayan, kita akan tergoda untuk menyalahgunakan pelayanan bagi kepentingan dan tujuan pribadi. Apa Dasar Teologis Bagi Seorang Pelayan Sejati? “Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang” Markus pasal 10 ayat 45. Landasan teologis bagi seorang pelayan sejati ialah Yesus Kristus yang datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani dan menyerahkan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang. Melayani dan pengorbanan merupakan karakter yang harus ada dalam diri seorang pelayan sejati. Teladan kita ialah Yesus yang harus kita ikuti. Apa Saja Ciri Karakter Seorang Pelayan Sejati? MEMBERI Diri Untuk Melayani “
Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu” Markus pasal 10 ayat 43 bagian b. “Jika kita hanya melayani ketika pelayanan itu menyenangkan bagi kita, maka kita bukanlah seorang pelayan sejati”. “Pelayan sejati melakukan apa yang diperlukan, bahkan ketika pelayanan itu terasa menyakitkan”. “Pelayan sejati menerima pelayanan sebagai penugasan ilahi dan senang, bersukacita dan bersyukur atas kesempatan melayani”. MEMBERI Perhatian Terhadap Pelayanan “Krn itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kpd semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman” Galatia pasal 6 ayat 10. Pelayan sejati ketika melihat ada kebutuhan dalam pelayanan selalu siap untuk menolong. Bila Allah menempatkan seseorang yang membutuhkan pertolongan di jalan hidup kita, Dia sedang memberi kita kesempatan untuk bertumbuh di dalam pelayanan. John Wesley mengatakan “Kerjakan semua hal baik yang Anda bisa, dengan semua sarana yang Anda bisa, dengan semua cara yang Anda bisa, di semua tempat yang Anda bisa, pada semua waktu yang Anda bisa, kepada semua orang yang Anda bisa, sepanjang Anda bisa”. William Carey mengatakan “Mengharapkan perkara-perkara yang besar dari Allah. Mengusahakan perkara-perkara yang besar bagi Allah”. “Tuhan Yesus berharap agar kita melakukan apa yang kita bisa, dengan apa yang kita miliki dan dimanapun kita berada”. “Dan barangsiapa memberi air sejuk secangkir sajapun kepada salah seorang yang kecil ini, karena ia murid-Ku, Aku berkata kepadamu Sesungguhnya ia tidak akan kehilangan upahnya dari padanya” Matius pasal 10 ayat 42. MEMBERI Diri Tetap Setia & Rendah Hati “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu” Matius pasal 25 ayat 23 “Kesetiaan selalu menjadi sifat yang langkah dari hidup banyak orang”. Karakter itupun mulai tergerus dari kehidupan para pelayan di gereja. Karakter pelayan sejati tetap setia melayani selama mereka hidup. Allah sudah berjanji untuk memberi upah kepada pelayan yang setia kini dan dalam kekekalan. Pelayan sejati tidak melayani untuk mendapat penghargaan dari orang lain. Mereka hidup untuk dipandang dan dihargai Allah. Jangan kecil hati bila pelayanan Anda tidak dihargai, tidak dianggap dan tidak diperhitungkan. Tetaplah melayani Allah. “Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia” – 1 Korintus 1558. Melayani Tuhan membutuhkan karakter yang Alkitabiah. Yesus Kristus adalah teladan utama kita dalam melayani. Yang dituntut dari kita ialah pertama, memberi diri untuk melayani Tuhan dengan melayani sesama; kedua, memberi perhatian terhadap pelayanan yang membutuhkan partisipasi kita; ketiga, memberi diri untuk tetap setia dan rendah hati dalam pelayanan yang Tuhan percayakan kepada kita.

khotbah setia dalam pelayanan